BEGINI, POLA ASUH NABI MUHAMMAD SAW



SAHABAT KELUARGA – ”Kebanyakan orang belum menyadari bahwa anak-anak adalah salah satu unsur umat ini. Hanya saja dia bersembunyi di balik tabir kekanak-kanakannya. Apabila kita singkapkan tabir itu, pasti kita temukan dia berdiri sebagai salah satu tiang penyangga bangunan umat ini. Akan tetapi, ketentuan Allah pasti berjalan, yaitu bahwa tabir terebut tidak akan tersingkap selain dengan bimbingan dan pendidikan secara berkala, sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan bertahap.”
Kalimat itu tertulis dalam buku Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lith Thifl karya DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Buku yang terbit tahun 1983 lalu itu lantas diterjemaahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2010 dengan judul Prophetic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak.
Dalam pengantarnya, Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid mengatakan, buku tersebut ditulis bersumber dari Sirah Nabawiyah dan As-sunnah. Intinya, kata penulis, pendidikan bagi anak bermula dari ketika kedua orangtua menikah. Kemudian hubungan kedua orangtua, kesalehan mereka dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebajikan.
Dikutip dari buku Prophetic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak setebal lebih dari 600 halaman itu, konsep utama Nabi Muhammad  SAW dalam mendidik anak itu, yaitu:

Memberikan Contoh
Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Mayoritas karakter yang ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya. Karena itu, Rasulullah Saw. memerintahkan kedua orangtua untuk menjadi suri tauladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak.

Mencari Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasihat
Memilih waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak memberikan pengaruh yang signifikan dan juga efektif meringankan tugas orangtua dalam mendidik anak. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak bisa menerima nasihatnya, namun terkadang juga pada waktu yang lain ia menolak keras.
Adil pada Semua Anak
Seorang anak yang merasa orangtuanya lebih sayang kepada saudaranya akan berpotensi menjadi liar. Sebanyak apa pun kedua orangtua menyampaikan nasihat dan pengarahan, tidak akan menghasilkan apa pun selama tidak bersikap adil dan menyamaratakan dalam pemberian, baik secara material maupun spiritual.
Memenuhi Hak Anak
Memenuhi hak anak dan mendengar suara hati anak dapat menumbuhkan perasaan positif dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima. Membiasakan anak dalam menerima dan tunduk pada aturan membuka kemampuannya untuk mengungkapakan isi hati dan menuntut apa yang menjadi haknya.
Doa
Doa merupakan landasan asasi yang setiap orangtua dituntut untuk selalu konsisten menjalankannya. Dengan doa, rasa sayang akan semakin membara, rasa cinta kasih akan semakin tertanam kuat di hati sanubari kedua orangtua, sehingga keduanya akan semakin tunduk kepada Allah Swt dan berusaha sekuat tenaga untuk dapat memberikan yang terbaik bagi anak mereka untuk masa depannya.
Membelikan Anak Mainan
Pengakuan Rasulullah SAW terhadap mainan Aisyah ra. menjadi bukti tentang pentingnya arti mainan bagi anak-anak. Namun, membelikan mainan itu harus disesuaikan dengan usia dan kemampuannya. Mainan itu penting untuk tumbuhkembang pikiran dan indranya.
Membantu Anak untuk Berbakti dan Taat
Menciptakan rumah yang nyaman agar anak berbakti kepada kedua orangtua dan menaati perintah Allah Swt. dapat membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurut dan mengerjakan perintah.
Tidak Suka Marah dan Mencela
Diketahui, Rasulullah SAW tidak pernah mencela jika anak berbuat salah atau malahan tidak mengerjakan apa yang dimintanya. Metode memaklumi dan membiarkan yang dilakukan Rasulullah ini menumbuhkan perhatian mendalam dan rasa malu pada diri anak. Ketika seorang bapak mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela dirinya sendiri. Sebab, bagaimanapun juga dialah yang telah mendidik anaknya tersebut.
SAHABAT KELUARGA- Memberi nasihat, wejangan atau pengarahan pada anak itu memang tugas dan kewajiban orangtua. Namun, agar nasihat, wejangan atau pengarahan itu masuk ke hati si anak dan lantas melaksanakannya, orangtua perlu metode dan strategi yang tepat, salah satunya pemilihan waktu.
Bagi umat Islam, contoh terbaik dalam mendidik anak tentunya adalah pola asuh yang dilakukan Nabi Muhammad SAW terhadap anak-anaknya.
Dikutip dari buku Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lith Thifl, sang penulis, DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, mengungkapkan cara Nabi Muhammad SAW mendidik anak-anaknya.
Dalam buku yang diterjemaahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2010 dengan judul Prophetic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak itu, Rasulullah SAW memilih tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak, yaitu:
Dalam Perjalanan
Nabi Muhammad SAW memberi nasihat dan pengarahan pada anak-anaknya ketika sedang melakukan perjalanan, baik berjalan kaki ataupun naik kendaraan. Pengarahan ini tidak dilakukan dalam kamar tertutup, tetapi di udara terbuka ketika jiwa si anak dalam keadaan sangat siap menerima pengarahan dan nasihat.
Waktu makan
Saat makan bersama keluarga, anak seringkali menampilkan perilaku sesungguhnya dan apa adanya. Terkadang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan adab sopan santun. Nah, Nabi Muhammad SAW selalu memerhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan yang dilakukan anak. Kemudian beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat memengaruhi akal dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Waktu Anak Sakit
Saat sakit, siapapun orangnya, baik anak kecil maupun dewasa, dapat lunak hatinya untuk menerima nasihat. Karena itu, ketika anak sakit, adalah waktu yang tepat bagi orangtua untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya dan perilakunya bahkan keyakinan anak.
Dalam pengantarnya,  Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid mengatakan, buku tersebut ditulis bersumber dari Sirah Nabawiyah dan As-sunnah.

Oleh : Yanuar Jatnika
Sumber : sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.