MENGHADAPI SUSUATU YANG MENYAKITKAN
RENUNGAN UNTUK HIDUP KITA (PART II)
Dwimulyo, 12/12/2024 (08.36)
MENGHADAPI SUSUATU YANG MENYAKITKAN
Hidup itu tidak bisa sendirian, tidak boleh sendirian, tidak bagus sendirian. Hidup itu selalu bersama. Bersama siapapun. Saat dimanapun akan bertemu dengan siapapun. Ini suatu hal yang disclaimer. Kalau sudah begitu pasti akan menyamakan persepsi, penyamakan pandangan, menyamakan tujuan dan minimalnya tidak saling merasa benar.
Dari sepenggal argument diatas, tentu akan membuat hati kita semakin dikenai aturan, semakin dituntut untuk mengerti, untuk memahami, dan untuk mengalah. Sayangnya hati kita tak selamanya mampu untuk begitu. Hal ini tentunya akan membuat hati kita runyam, sedih, sakit, malu, dan segudang alasan negative lainnya. Mulailah kita membuat pembelaan, mulailah kita meresume tuntutan, merangkum kesalahan lawan, dan menghakimi lawan, melabeli lawan dengan label yang negative, memberi julukan yang negative, memberikan stigma buruk, dan seabrek negative thinking yang lain. Tetapi apakah ini menjadi solusi. Tidak. Sekali lagi tidak. Jika merasa menang itu hanya sesaat nanti dimanapun tempatnya akan kita temui musuh –musuh yang serupa. Itu tandanya bahwa kita ini memiliki pribadi yang sulit.
Satu langkah yang harus kita pelajari adalah dengan belajar teori Stoicism, teori ini memiliki pendapat begini : Jika kita ingin bahagia maka yang kita kendalikan adalah hati kita, diri kita, pemikiran kita. Bukan orang lain, bukan pemikiran orang lain, bukan kata-kata orang lain. Seperti ceramah AA Gym, yang menceritakan jika kita dipanggil monyet oleh seseorang padahal kita merasa kita bukan monyet maka tenaglah tak perlu marah, karena kita bukan monyet. , karena kemarahan akan kembali kepadanya. Ada juga kata Gusdur “Jangan meludahi langit” artinya janganlah kita menjawab atau menerima cacian orang, hinaan orang, kata-kata negatif seseorang yang ditujukan ke kita. Karena kata-kata yang tidak kita terima itu akan kembali kepadanya. Seperti kita meludah ke langit, ludah itu akan kembali ke kita.
Jadi seberapa besar kita bisa mengelola hati kita maka berbanding lurus dengan ketenangan hati yang kita peroleh.
Mudah memang mengatakan, tetapi tidak ada yang tidak mungkin jika ita secara terus menerus melatihnya.
Ayah belum mampu menjadi Ayah yang baik untuk kalian, tetapi ayah akan terus memperbaiki diri Ayah sampai akhir hayat ayah. Kita tidak pernah tahu diusia berapa kita kan berakhir, tetapi percayalah bahwa Ayah terus mendoakan kalian. Semoga bermanfaat. Ini adalah nasihat Ayah untuk kalian, semata-mata karena ayah sayang kalian selain itu sebagai bentuk tanggung jawab ayah di akhirat.
Post a Comment